Dupa atau kemenyan tetap menjadi kebutuhan yang sangat diminati oleh masyarakat Indonesia untuk berbagai keperluan. Dupanya tidak hanya digunakan untuk ibadah, namun juga sebagai pengharum udara, keperluan ritual, hajatan, dan lain sebagainya. Salah satu merek dupa yang terkenal adalah dupa Gunung Kawi, yang terkenal karena kualitasnya yang baik dan aroma yang semerbak. Harga dupa Gunung Kawi bervariasi tergantung jenisnya.
Dupa merupakan bahan bakar yang saat dibakar akan menghasilkan asap yang harum. Biasanya, dupa berbentuk bubuk atau belahan kayu yang dibakar saat melakukan sembahyang. Setiap orang biasanya menggunakan 3-4 dupa dalam satu kali penggunaan.[1]
Bagi masyarakat Hindu, dupa adalah salah satu sarana ibadah penting. Setiap hari, pagi, siang, dan sore, masyarakat Hindu akan membakar dupa dalam ritual berdoa. Oleh karena itu, permintaan dupa di Bali sangat tinggi.
Ada dua jenis dupa yang beredar di masyarakat, yaitu dupa lokal yang diproduksi secara manual oleh tenaga manusia, dan dupa impor. Istilah “dupa impor” digunakan karena awalnya jenis dupa ini diimpor dan diproduksi menggunakan mesin. Saat ini, mesin pembuat dupa sudah banyak tersedia di Indonesia, dan produsen dupa besar juga menggunakan mesin ini. Namun, istilah “dupa impor” masih digunakan untuk membedakan dengan dupa lokal.
Dupa lokal dan dupa impor memiliki segmen pasar yang berbeda karena perbedaan kualitas dan harga. Dupa impor biasanya lebih mahal karena kualitasnya yang lebih baik. Pengguna dupa impor umumnya adalah masyarakat ekonomi menengah ke atas, hotel, restoran, dan sebagainya. Dupa lokal memiliki harga yang lebih terjangkau dan umumnya digunakan oleh masyarakat Hindu di Bali untuk keperluan ibadah sehari-hari atau dupa harian. Oleh karena itu, permintaan dupa harian ini tetap tinggi.[2]
Dupa Gunung Kawi adalah salah satu merek dupa yang populer dan banyak digunakan di Indonesia. Terdapat dua jenis dupa Gunung Kawi yang dikenal di pasaran, yaitu dupa lidi dan dupa kerucut atau dupa tumpeng (cone). Dupa lidi Gunung Kawi memiliki lidi sebagai pelengkap yang digunakan untuk menancapkan dupa pada wadahnya. Sedangkan dupa kerucut Gunung Kawi tidak menggunakan lidi sehingga akan habis terbakar setelah dinyalakan dalam beberapa waktu.

Manfaat Dupa Gunung Kawi
Dupa Gunung Kawi memiliki berbagai manfaat yang beragam, termasuk sebagai sarana relaksasi, terapi aroma, penghilang stres, kebutuhan upacara, dan pelaksanaan ritual. Banyak orang menggunakan dupa Gunung Kawi dalam berbagai ritual, seperti mengoleskannya pada benda-benda pusaka atau mustika, serta ritual-ritual lainnya. Berikut ini adalah informasi mengenai harga dupa Gunung Kawi yang dapat ditemukan di pasaran.
Harga Dupa Gunung Kawi
Merek Dupa Gunung Kawi | Harga (Rp) |
Dupa Harum Gunung Kawi Cap Buah Thoo 1 bungkus isi 9 batang | 10.900 |
Hio Dupa Kerucut Tumpeng Gunung Kawi Cap Buah Thoo Merah 9 pcs | 11.000 |
Dupa Kerucut Gunung Kawi Merah isi 9 batang | 12.500 |
Dupa Gunung Kawi Biru | 13.000 |
Hio Dupa Merah Halus Ukuran 1 Kg Wangi Merek Kwan Im Free Gunung Kawi isi 500 batang | 59.880 |
Hio Dupa Gunung Kawi Cap Buah Thoo 1 pack isi 10 bungkus | 100.777 |
Dupa Kerucut Gunung Kawi Biru isi 10 kotak | 109.000 |
Hio Dupa Gunung Kawi Cap Buah Thoo 1 Tas isi 10 pak | 988.888 |

Harga dupa Gunung Kawi yang kami berikan di atas kami dapatkan dari berbagai sumber terpercaya. Harap diingat bahwa harga-harga tersebut dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pada tahun 2022, harga dupa Gunung Kawi mengalami kenaikan sedikit jika dibandingkan dengan tahun 2021. Sebagai contoh, dupa harum Gunung Kawi dengan merek Cap Buah Thoo, yang sebelumnya dijual seharga Rp10.500 untuk 1 bungkus isi 9 batang pada tahun 2021, naik sedikit menjadi Rp10.900 pada tahun 2022. Namun, perlu diperhatikan bahwa harga dupa Gunung Kawi dapat bervariasi di setiap tempat, tergantung pada promo atau penawaran dari penjual.
Jika Anda membutuhkan dupa Gunung Kawi, Anda dapat mencarinya di toko-toko perlengkapan ibadah atau pasar tradisional. Jika sulit menemukannya, Anda juga bisa membeli dupa Gunung Kawi secara online melalui berbagai platform marketplace.
[1] Rosmaradhana, dkk. 2020. Menulis Etnografi: Belajar Menulis Tentang Kehidupan Sosial Budaya Berbagai Etnis. Jakarta: Yayasan Kita Menulis, hlm 83.
[2] Sarwoko, E dkk. 2020. Pengembangan Potensi Usaha Dupa Menjadi Produk Unggulan. Jurnal ABDINUS. 3(2): 134-147.